Siapkah anda menghadapi dunia kerja tahun 2009?
Hari Sabtu tanggal 13 desember 2008 lalu, saya diundang untuk menjadi pembicara pada seminar Job Preparation vs Agrotechpreneurship Himateta di Kampus IPB, Darmaga Bogor. Karena terkait dengan persiapan kerja tentu yang saya sampaikan banyak terkait dengan dunia kerja, tantangan bagi calon pekerja serta persiapan menghadapi interview sebagai test terpenting penerimaan karyawan. Sangat menarik acara tersebut karena berlangsung diskusi secara atraktif, disertai dengan tanya jawab serta simulasi interview. Acara sejenis ini penting bagi mahasiswa baik yang akan lulus ataupun masih kuliah karena akan memberikan gambaran apa yang dilakukan mahasiswa nanti selepas lulus. Memang akan ada dua dua pilihan yang akan dihadapi mahasiswa yakni apakah memasuki dunia kerja dan atau siap menjadi wirausaha mandiri. Karena penulis bukan seorang wirausaha, maka tema tulisan ini tentu terkait dengan dunia kerja.
Tahun 2009 bukan merupakan tahun biasa. Kondisinya akan mirip dengan kondisi tahun 1998, ketika indonesia dihantam badai krisis moneter. Namun jika dibandingkan krisis 10 tahun lalu, pemerintah sepertinya sudah ‘lebih siap’ dengan melakukan berbagai langkah penyelamatan ekonomi, meskipun banyak pengamat ekonomi memandang belum terlalu efektif.
Terlepas dari langkah yang dilakukan pemerintah dan dunia usaha, ada hal yang lebih penting yakni menyiapkan diri kita sendiri, khususnya para pencari kerja di tahun 2009. Kesiapan ini tentunya penting bagi para mahasiswa yang lulus di tahun tersebut karena mereka secara intelektual sudah dilengkapi dengan ketrampilan dan pengetahuan untuk bisa mendayagunakan segenap potensi yang dimiliki agar mampu menarik para pemberi kerja atau perusahaan.
Namun apakah dengan menjadi mahasiswa yang pintar saja cukup, andaikata bisa lulus dengan predikat cum laude, IP diatas 3.5 dan seabreg prestasi akademis lainnya. Tentu tidak. Bisa jadi mahasiswa lulus diatas rata-rata adalah mahasiswa yang memang sepanjang kuliahnya suka bergelut di laboratorium, tempatnya berpindah dari perpustakaan-perpustakaan dan juga menggemari karya ilmiah sesuai bidang yang diambil. Kategori mahasiswa ini tentu sangat cocok dengan karakteristik dunia akademisi, pendidikan, atau lembaga penelitian yang memang membutuhkan lulusan perguruan tinggi yang cerdas dan pintar.
Dunia kerja seperti lingkungan bisnis umumnya mempunyai standar tertentu mengenai kriteria lulusan perguruan tinggi yang akan mereka terima sebagai karyawan. Karyawan yang pintar memang berharga, tapi lebih berharga lagi karyawan yang memiliki sikap dan karakter sesuai dengan lingkungan usaha. Karena itu, biasanya ada perbedaan kriteria antara dunia akademisi/pengetahuan/peneliti/pendidikan dengan dunia usaha/kerja dalam memilih karyawan. Aspek akademis (IPK diatas 3.5) mungkin sangat berpengaruh pada lowongan di dunia pendidikan/peneliti. Tapi di dunia kerja , mungkin IPK diatas 2.75 atau dibawahnya bisa jadi bukan merupakan tolok ukur utama.
Seperti halnya tulisan saya terdahulu, mengenai tes kesiapan menghadapi wawancara adalah merupakan modal utama yang harus dimiliki siapapun jika ingin memasuki tahap interview dalam proses penerimaan kerja. Pada dasarnya, perusahaan manapun yang menerima pekerja hanya memiliki 5 (lima) pertanyaan yang bila dapat dipenuhi pencari kerja, yakni : dapatkan perusahaan mempercayai anda, bisakah anda melaksanakan pekerjaan yang kami tawarkan, apakah anda bermotivasi tinggi untuk bekerja disini, apakah anda mampu bekerjasama dengan orang lain, apakah anda dapat mengelola diri anda sendiri?
Itulah lima pertanyaan dasar yang bila anda dapat memenuhinya, maka kans untuk diterima akan semakin besar. Pertanyaannya, sudah siapkah anda memenuhi hal itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar